Setiap yang ada dan yang mungkin ada punya filsafatnya
masing-masing, sehingga sangat diperlukan untuk belajar filsafat. Dalam memahami ilmu diperlukan chemestry, ketika memahami
ilmu tanpa chemistry diibaratkan batu ketemu batu, artinya sama-sama bersifat
keras. Dalam konteks hubungan dosen dengan mahasiswa dosen diumpamakan batu
besar dan mahasiswa diumpanakan sebagai batu kecil, atau bisa juga diumpamakan
bahwa dosen sebagai martil (memiliki sifat keras), sedangkan mahasiswa sebagai
batunya. Fungsi dari martil ini adalah untuk memecahkan batu tadi menjadi bagian-bagian
kecil, sehingga dari batu yang besar menjadi kerikil, selanjutnya menjadi
pasir, dari pasir menjadi debu, dari debu menjadi udara, sehingga ketika sudah
menjadi udara maka bisa dengan muda memposisikan diri untuk memahami suatu ilmu.
Belajar filsafat bukan sekedar belajar formalnya saja,
tetapi yang lebih penting adalah membangun chemistry antara orang yang
mempelajari filsafat dengan ilmu filsafatnya itu sendiri. Objek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada.
Metodenya adalah metode dengan dalam sedalamnya (intensif) dan luas seluasnya
(ekstensif), tetapi dibatasi oleh etik dan estetika. Tidak semua hal pantas dan
bisa dipikirkan, yang dipikirkan tidak semua hal dapat diucapkan, dan yang diucapkan
tidak semua hal dapat ditulis, atau dapat digambarkan melalui bagan berikut :
(level terendah)tindakanàtulisan
àucapanàpikiranàspiritual(level tertinggi)
Namun yang perlu dicermati adalah bahwasanya sehebat-hebat pikiran tetap tidak akan bisa memikirkan yang namanya
perasaan, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan perasaan dianggap misteri.
Bahasa filsafat menggunakan bahasa analog, ciri-ciri dari
bahasa analog ini adalah mampu menembus ruang dan waktu. Contoh kata “cinta”,
bisa bermakna cinta orang tua kepada anaknya, berbeda ruang bisa bermakna cinta antar remaja,
berbeda ruang lagi bisa bermakna cinta kakak dan adik, berbeda ruang lagi bisa bermakna cinta antara pejabat dan
rakyat, berbeda ruang lagi bisa cinta antara umat kepada Tuhannya, dll. Resep belajar filsafat adalah baca dan terus mebaca secara
dalam sedalamnya dan luas seluasnya. Dalam menjawab pertanyaan filsafat tidak boleh sembarangan,
tetapi harus menggunakan referensi. Berfilsafat yang baik berarti juga mampu
menembus ruang dan waktu, maka sebenar-benar hidup adalah menembus ruang dan
waktu.
Menurut Imanuel Kant yang namanya ilmu adalah bersatunya langit dan bumi, langit itu pikiran dan bumi adalah pengalaman. Jadi antara pikiran dan pengalaman harus bersatu dalam rangka mencapai ilmu. Ketika hanya berpikir tanpa dipraktekkan, maka hidup akan terancam kosong (empty), sebaliknya jika hanya memiliki pengalaman saja tanpa adanya proses untuk merenung ataupun berpikir, maka pengetahuan akan seperti pengetahuan seekor kucing, artinya pengalaman yang sudah di dapat tersebut tidak dapat direfleksikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar