Cari Blog Ini

Rabu, 15 Oktober 2014

Merdeka tetapi Terjajah

Merdeka?... Apakah sesungguhnya kita sudah merdeka?... Merdeka itu apa? … Merdeka itu Bagaimana?... Merdeka itu siapa?... Merdeka itu dimana?... merdeka itu kapan?...
Wah…ternyata banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan “merdeka”.  Tetapi apakah semua itu dapat  terjawab, ah…mungkin ruang dan waktulah yang akan menjawabnya. Namun satu hal yang selalu mengusik pikiran saya, apakah kita sudah benar-benar merdeka?

Sejarah mencatat bahwa Indonesia adalah salah satu bangsa jajahan pemerintah Kolonial Belanda selama kurang lebih 350 tahun, belum lagi ditambah masa penjajahan Jepang selama kurang lebih 3,5 tahun. Berbicara masalah kemerdekaan tidak terlepas dari adanya penjajahan, artinya kemerdekaaan dan penjajahan adalah dua hal yang bertentangan, ibarat air dan minyak yang tidak mungkin menyatu. Sejarah juga mencatat pada zaman dahulu bangsa kita dijajah dengan cara-cara kasar, artinya bangsa penjajah dengan segala kekuatannya ingin menguasai bangsa jajahannya dengan segala cara dalam rangka mencapai tujuan mereka. Cara-cara kasar dengan kekerasan, penyiksaan, pemaksaan, bahkan pembunuhan bagi siapa yang menentang adalah senjata andalan para penjajah zaman dahulu. Belum lagi politik adu domba yang digunaka untuk memecah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan tujuan melemahkan bangsa kita. Intinya adalah bahwa penjajahan pada zaman itu menggunakan cara-cara kuno atau tradisional.

Tepat 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, artinya Indonesia bebas dari belenggu penjajah. Dengan demikian dapatlah kita mendefinisikan bahwa merdeka itu adalah bebas. Kembali pada pertanyaan saya sebelumnya “apakah kita sudah benar-benar merdeka?”... ya…semua orang tahu bahwa kita sudah lama merdeka, sudah 68 tahun kita menikmati kebebasan dari belenggu penjajah. Namun pertanyaan selanjutnya yang mengusik pikiran saya adalah apakah dengan waktu selama itu para penjajah sudah benar-benar mengikhlaskan kita lepas dari gengaman mereka???... menarik untuk dikaji…

Zaman sudah modern, pola penjajahan pun berevolusi dari cara menjajah kuno/tradisional menjadi penjajahan yang bersifat halus dan lembut. Tetapi apapun namanya, apapun caranya penjajahan tetap saja memiliki tujuan untuk menguasai. Barangkali inilah yang terjadi di zaman sekarang ini. Penjajahan modern yang saya maksud adalah penjajahan bukan dengan menggunakan senjata perang, tetapi menggunakan  berbagai paham sebut saja Kapitalisme, Liberalisme, Hedonisme, Materialisme, dan lain sebagainya. Pola penjajahan seperti inilah yang sebenarnya sangat berbahaya karena bentuk penjajahannya tidak kasat mata sehingga sulit untuk diantisipasi. Dan benar saja tanpa disadari bangsa kita pun sudah terkena serangan senjata tersebut yang tercermin pada prilaku masyarakat yang mulai memiliki sifat Materialistis, Ultiratrian, Individualitis, Hedonis dan lain sebagainya.

Kembali kepada pertanyaan awal saya tadi, “apakah kita sudah benar-benar merdeka?”…  Saya rasa belum. “Apakah para penjajah dimasa lalu sudah benar-benar ikhlas melepaskan bangsa kita dari genggaman mereka?”… saya rasa tidak. Mengapa saya mengatakan bahwa bangsa kita belum benar-benar merdeka, karena yang saya tahu bangsa kita ini belum mandiri alias selalu bergantung dengan asing (powernow). Suka atau suka dengan adanya ketergantungan tersebut mau tidak mau kita menjadi disetir oleh Sang Powernow. Buktinya, Negara kita yang begitu kaya akan sumber daya alam dan energy, tetapi tetap saja kita mengimpor minyak dari asing. Negara kita yang katanya negara agraris tetap saja mengimpor bahan pangan dan kebutuhan lainnya dari asing. Bahkan kurikulum pun mengadopsi dari bangsa asing melalui pendekatan saintifiknya, sehingga segala sesuatunya harus dipelajari dengan menggunakan pendekatan ilmiah, sehingga untuk mengenal tuhan pun juga harus menggunakan metode ilmiah, bukankah ini aneh???


Mengapa hal demikian dapat terjadi?... pertama, kita tidak pernah mau berpikir kritis dalam mengkaji segala sesuatunya, sehingga kita begitu mudah terpengaruh rayuan sang powernow melalui intrik-intrik kesenangan. Kedua, Nilai spiritual yang seharusnya berada di atas nilai-nilai lainnya perlahan-lahan posisinya mulai terkikis, sehingga manusia tidak lagi mementingkan spiritualitas tetapi lebih mementingkan kesenangan semata. Selagi hal ini masih terjadi artinya selamanya kita akan tetap terjajah. Sangat memprihatinkan!

Tidak ada komentar: