Merdeka?... Apakah sesungguhnya
kita sudah merdeka?... Merdeka itu apa? … Merdeka itu Bagaimana?... Merdeka itu
siapa?... Merdeka itu dimana?... merdeka itu kapan?...
Wah…ternyata banyak sekali
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan “merdeka”. Tetapi apakah semua itu dapat terjawab, ah…mungkin ruang dan waktulah yang
akan menjawabnya. Namun satu hal yang selalu mengusik pikiran saya, apakah kita
sudah benar-benar merdeka?
Sejarah mencatat bahwa Indonesia adalah
salah satu bangsa jajahan pemerintah Kolonial Belanda selama kurang lebih 350
tahun, belum lagi ditambah masa penjajahan Jepang selama kurang lebih 3,5
tahun. Berbicara masalah kemerdekaan tidak terlepas dari adanya penjajahan,
artinya kemerdekaaan dan penjajahan adalah dua hal yang bertentangan, ibarat
air dan minyak yang tidak mungkin menyatu. Sejarah juga mencatat pada zaman dahulu
bangsa kita dijajah dengan cara-cara kasar, artinya bangsa penjajah dengan
segala kekuatannya ingin menguasai bangsa jajahannya dengan segala cara dalam
rangka mencapai tujuan mereka. Cara-cara kasar dengan kekerasan, penyiksaan,
pemaksaan, bahkan pembunuhan bagi siapa yang menentang adalah senjata andalan
para penjajah zaman dahulu. Belum lagi politik adu domba yang digunaka untuk
memecah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan
tujuan melemahkan bangsa kita. Intinya adalah bahwa penjajahan pada zaman itu
menggunakan cara-cara kuno atau tradisional.
Tepat 17 Agustus 1945 Bangsa
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, artinya Indonesia bebas dari belenggu
penjajah. Dengan demikian dapatlah kita mendefinisikan bahwa merdeka itu adalah
bebas. Kembali pada pertanyaan saya sebelumnya “apakah kita sudah benar-benar
merdeka?”... ya…semua orang tahu bahwa kita sudah lama merdeka, sudah 68 tahun
kita menikmati kebebasan dari belenggu penjajah. Namun pertanyaan selanjutnya
yang mengusik pikiran saya adalah apakah dengan waktu selama itu para penjajah sudah
benar-benar mengikhlaskan kita lepas dari gengaman mereka???... menarik untuk dikaji…
Zaman sudah modern, pola penjajahan
pun berevolusi dari cara menjajah kuno/tradisional menjadi penjajahan yang
bersifat halus dan lembut. Tetapi apapun namanya, apapun caranya penjajahan
tetap saja memiliki tujuan untuk menguasai. Barangkali inilah yang terjadi di
zaman sekarang ini. Penjajahan modern yang saya maksud adalah penjajahan bukan
dengan menggunakan senjata perang, tetapi menggunakan berbagai paham sebut saja Kapitalisme,
Liberalisme, Hedonisme, Materialisme, dan lain sebagainya. Pola penjajahan
seperti inilah yang sebenarnya sangat berbahaya karena bentuk penjajahannya
tidak kasat mata sehingga sulit untuk diantisipasi. Dan benar saja tanpa
disadari bangsa kita pun sudah terkena serangan senjata tersebut yang tercermin
pada prilaku masyarakat yang mulai memiliki sifat Materialistis, Ultiratrian, Individualitis, Hedonis dan lain sebagainya.
Kembali kepada pertanyaan awal
saya tadi, “apakah kita sudah benar-benar merdeka?”… Saya rasa belum. “Apakah para penjajah dimasa
lalu sudah benar-benar ikhlas melepaskan bangsa kita dari genggaman mereka?”…
saya rasa tidak. Mengapa saya mengatakan bahwa bangsa kita belum benar-benar
merdeka, karena yang saya tahu bangsa kita ini belum mandiri alias selalu
bergantung dengan asing (powernow). Suka atau suka dengan adanya ketergantungan
tersebut mau tidak mau kita menjadi disetir oleh Sang Powernow. Buktinya, Negara kita
yang begitu kaya akan sumber daya alam dan energy, tetapi tetap saja kita
mengimpor minyak dari asing. Negara kita yang katanya negara agraris tetap saja
mengimpor bahan pangan dan kebutuhan lainnya dari asing. Bahkan kurikulum pun
mengadopsi dari bangsa asing melalui pendekatan saintifiknya, sehingga segala
sesuatunya harus dipelajari dengan menggunakan pendekatan ilmiah, sehingga
untuk mengenal tuhan pun juga harus menggunakan metode ilmiah, bukankah ini
aneh???
Mengapa hal demikian dapat
terjadi?... pertama, kita tidak
pernah mau berpikir kritis dalam mengkaji segala sesuatunya, sehingga kita
begitu mudah terpengaruh rayuan sang powernow melalui intrik-intrik kesenangan.
Kedua, Nilai spiritual yang
seharusnya berada di atas nilai-nilai lainnya perlahan-lahan posisinya mulai
terkikis, sehingga manusia tidak lagi mementingkan spiritualitas tetapi lebih
mementingkan kesenangan semata. Selagi hal ini masih terjadi artinya selamanya
kita akan tetap terjajah. Sangat memprihatinkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar